Keadilan Islam
Selasa, 25 Januari 2011
MASJID DAN POLITIK TIDAK BOLEH DIPISAHKAN
MASJID DAN POLITIK TIDAK BOLEH DIPISAHKAN (AL-QARADHAWI)
Setiap kali adanya mana-mana tokoh menggunakan masjid untuk membincangkan masalah politik, nescaya adanya di sana suara-suara sumbang yang akan menentangnya dengan alasan-alasan yang sama sekali tidak bertepatan dengan syara'.
Salah seorang tokoh ulama dunia iaitu Professor Dr Yusof Al Qaradhawi di dalam laman webnya menolak pandangan yang memisahkan politik dengan masjid. Kesimpulan kenyataan beliau ialah seperti berikut:
1) Masjid di zaman Rasulullah SAW tidaklah hanya merupakan tempat sembahyang dan ibadah semata-mata, bahkan ia juga merupakan markaz-markaz kegiatan dakwah, politik dan sebagainya.
2) Tidak dipisahkan sama sekali urusan dunia dan politik dengan masjid pada zaman Rasulullah SAW begitu juga di zaman Khulafa' Rasyidin.
3) Fungsi masjid dibekukan dengan hanya dikhususkan untuk ibadah seperti solat, tazkirah dll pada zaman kemunduran umat Islam itu sendiri.
4) Berpolitik bukanlah satu kesalahan jika ia bertepatan dengan syariat.
5) Masjid juga sejak dahulu (bermula di zaman Rasulullah SAW) memainkan peranan penting untuk meniupkan semangat jihad fi sabilillah.
6) Jika pemerinta melanggar syariat atau hokum Allah, mimbar masjid tidak boleh memihak kepada pemerintah sebaliknya ia perlu menegur pemerintah tersebut
7) Sebahagian masjid di setengah Negara umat Islam tidaklah membawa risalah Islam yang sebenarnya tetapi hanya menjadi jurucakap kepada kerajaaan. Ini bertentangan dengan fungsi sebenarnya dan menjatuhkan maruah dan kemuliaan ulama itu sendiri.
Wallahua'lam
Rujukan
Laman Web Dr Yusof Al_Qaradhawi
Setiap kali adanya mana-mana tokoh menggunakan masjid untuk membincangkan masalah politik, nescaya adanya di sana suara-suara sumbang yang akan menentangnya dengan alasan-alasan yang sama sekali tidak bertepatan dengan syara'.
Salah seorang tokoh ulama dunia iaitu Professor Dr Yusof Al Qaradhawi di dalam laman webnya menolak pandangan yang memisahkan politik dengan masjid. Kesimpulan kenyataan beliau ialah seperti berikut:
1) Masjid di zaman Rasulullah SAW tidaklah hanya merupakan tempat sembahyang dan ibadah semata-mata, bahkan ia juga merupakan markaz-markaz kegiatan dakwah, politik dan sebagainya.
2) Tidak dipisahkan sama sekali urusan dunia dan politik dengan masjid pada zaman Rasulullah SAW begitu juga di zaman Khulafa' Rasyidin.
3) Fungsi masjid dibekukan dengan hanya dikhususkan untuk ibadah seperti solat, tazkirah dll pada zaman kemunduran umat Islam itu sendiri.
4) Berpolitik bukanlah satu kesalahan jika ia bertepatan dengan syariat.
5) Masjid juga sejak dahulu (bermula di zaman Rasulullah SAW) memainkan peranan penting untuk meniupkan semangat jihad fi sabilillah.
6) Jika pemerinta melanggar syariat atau hokum Allah, mimbar masjid tidak boleh memihak kepada pemerintah sebaliknya ia perlu menegur pemerintah tersebut
7) Sebahagian masjid di setengah Negara umat Islam tidaklah membawa risalah Islam yang sebenarnya tetapi hanya menjadi jurucakap kepada kerajaaan. Ini bertentangan dengan fungsi sebenarnya dan menjatuhkan maruah dan kemuliaan ulama itu sendiri.
Wallahua'lam
Rujukan
Laman Web Dr Yusof Al_Qaradhawi
Ahad, 23 Januari 2011
Pejuangkah Engkau?
Apakah Benar Engkau Pejuang?-Qatrunnada
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak mampu menerima ujian
Engkau ingin berjuang,
Tapi engkau rosak oleh pujian
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak begitu setia kawan
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak sanggup berkorban
Engkau ingin berjuang,
Tapi ingin jadi pemimpin
Engkau ingin berjuang,
Menjadi pengikut agak segan
Engkau ingin berjuang,
Tolak ansur engkau tidak amalkan
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak sanggup menerima cabaran
Engkau ingin berjuang,
Kesihatan dan kerehatan,
Tidak sanggup engkau korbankan
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak mampu menerima ujian
Engkau ingin berjuang,
Tapi engkau rosak oleh pujian
Engkau ingin berjuang,
Tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan,
Engkau ingin berjuang,
Masa tidak sanggup engkau luangkan
Engkau ingin berjuang,
Karenah isteri tidak kau tahan
Engkau ingin berjuang,
Rumahtangga lintang-pukang
Engkau ingin berjuang,
Diri engkau tidak engkau tingkatkan
Engkau ingin berjuang,
Disiplin diri engkau abaikan
Engkau ingin berjuang,
Janji kurang engkau tunaikan
Engkau ingin berjuang,
Kasih sayang engkau cuaikan
Engkau ingin berjuang,
Tetamu engkau abaikan
Engkau ingin berjuang,
Anak isteri engkau lupakan
Engkau ingin berjuang,
Ilmu berjuang engkau tinggalkan
Engkau ingin berjuang,
Kekasaran dan kekerasan engkau amalkan
Engkau ingin berjuang,
Pandangan engkau tidak diselaraskan
Engkau ingin berjuang,
Rasa bertuhan engkau abaikan
Engkau ingin berjuang,
Iman dan taqwa engkau lupakan
Ya sebenarnya apa yang
Engkau hendak perjuangkan...
Takut berjuang, sifat munafik!
Semakin kuat keimanan seseorang, maka semakin yakin ia untuk berjihad dan berkorban di jalan Allah. Firman Allah SWT, maksudnya:
“sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (al- Hujurat: 15 )
orang-orang munafik akan selalu ragu-ragu dalam jihadnya sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “ orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira denagn tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata :
“janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini”. Katakanlah: “api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)”, jika mereka mengetahui.” (at-Taubah :81 )
Ayat tersebut ada kaitannya dengan rencana perang yang disampaikan Rasulullah untuk menghadapi pasukan Rom yang merupakan Negara terkuat pada zaman itu. Peristiwa ini berlaku pada musim panas terik. Sementara di Madinah, kebun-kebun anggur dan kurma sedang berbunga dan berbuah menunggu saat-sat untuk mendapatkan hasilnya. Ini merupakan satu godaan sekaligus ujian dari Allah SWT. Hanya orang-orang yang benar-benar beriman sahaja yang taat dengan perintah Rasulullah SAW untuk berperang. Manakala yang palsu imannya, merekalah sebenarnya orang munafik seperti mana yang disebutkan dalam firman Allah yang bermaksud :
“orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepada mu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (at-Taubah: 44)
Kredit to http://timeless-rt.blogspot.com
Langgan:
Catatan (Atom)