Selasa, 25 Mei 2010

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Islam bukanlah agama individual yang hanya mementingkan diri sendiri. Namun juga merupakan agama sosial di mana setiap anggota masyarakat harus melakukan kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar terhadap sesama. Menyuruh mengerjakan kebaikan dan Mencegah perbuatan mungkar.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” [Al ‘Ashr 2-3]

Dari surah Al ‘Ashr di atas jelas. Selain beriman dan mengerjakan perbuatan baik, kita juga harus nasihat-menasihati dengan kebenaran dan kesabaran. Ertinya kita tidak boleh diam saja melihat kemungkaran, namun dengan sabar terus menasihati agar orang-orang lain juga ikut berbuat baik dan benar dan menghentikan perbuatan mungkar.

“Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan solat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [Al Hajj 41]

Luqman Al Hakim juga menyuruh anaknya untuk menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan bersabar terhadap risiko yang mungkin dihadapi kerana bersikap sebegitu.

Hai anakku, dirikanlah solat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]

Jika kita tidak mahu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyeksa kita dengan pemimpin yang zalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita.

Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)

Kita wajib melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta saling nasihat-menasihati. Tidak ada yang maksum selain Nabi. Oleh itu, manusia biasa, ustaz, ulama, atau murobbi dan sebagainya, jika keliru, kita wajib menegurnya. Jika tidak, maka nasib kita seperti para Rabi Yahudi dan Rahib Nasrani yang dilaknat Allah. Jika kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela, maka Allah menurunkan seksa yang tidak hanya menimpa orang yang zalim saja.

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al Anfaal 25]

Bahkan dalam ibadat solat pun, kita telah memilih Imam (pemimpin) yang paling alim dan paling soleh, tetap saja kita berkewajiban mengingatkan Imam jika mereka salah atau lupa dalam solat. Apalagi jika manusia itu di bawah taraf Nabi seperti wali, ulama, murobi, dan sebagainya. Perkara ini Nabi sendiri yang memerintahkan.

Bahkan Nabi menyatakan bahwa jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung risiko hukuman yang amat berat.

Jihad paling afdhal ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam. (HR. Aththusi dan Ashhabussunan)

Nabi menyatakan jika kita melihat kemungkaran, hendaknya kita merubah dengan tangan kita. Jika tidak mampu dengan lisan (ucapan) atau pun tulisan kita. Jika tidak mampu juga dengan hati (diam dan membenci dalam hati). Namun itu adalah selemah-lemahnya iman. Dengan hati ini ertinya membenci dalam hati. Jika mampu dia akan merubahnya dengan lisan atau pun tangan.

“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendaklah ia merubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim)

Tiada ulasan: